Rosyid Si Anak Pemulung

Sudah 3 tahun berlalu sejak Rosyid dikeluarkan dari sekolah karena orang tuanya tidak sanggup membayar biaya sekolah Rosyid. Hari-hari Rosyid hanya diisi dengan membantu kedua orang tuanya sebagai pemulung. Rasa rindu untuk kembali bersekolah selalu membayangi anak berumur 17 tahun itu. Di tengah-tengah membayangkan bisa kembali bersekolah, tiba-tiba ayahnya pulang dengan karung berisikan barang bekas di pundaknya.
Rosyid : Andai aku bisa bersekolah lagi. Pasti… (dengan suara lemah)
Ayah : Ada apa to, Nduk? Kok kelihatannya murung?
Rosyid : Eh, Ayah! Sudah pulang, Yah?
Ayah : Sudah. Kenapa kamu, Nduk?
Rosyid : Tidak apa-apa, Yah.
Ayah : Ayolah coba cerita ke Ayah! Mungkin Ayah bisa bantu masalahmu.
Rosyid : Tidak ada masalah kok, Yah.
Ayah : Ya sudah kalau tidak mau cerita. Tapi, kalau kamu sudah siap cerita ke Ayah, Ayah akan selalu siap mendengarkan kapan pun.
Rosyid pun hanya terdiam tak mampu berkata. Ia tidak ingin membuat hati ayahnya bertambah sedih. Karena ia sudah cukup membuat ayahnya terluka dengan keadaannya sekarang. Sehingga Rosyid hanya bisa memendam keinginannya dalam-dalam.
Keesokan harinya, seperti biasa Rosyid berpamitan kepada kedua orang tuanya untuk mencari barang bekas.
Rosyid : Bu, Pak, Rosyid berangkat memulung dulu ya?
Ibu : Iya, Syid! Hati-hati di jalan ya, Nak!
Rosyid : Iya, Bu!
Ibu : Sudah sarapan kamu, Syid?
Rosyid : Sudah, Bu!
Ayah : Kamu mau bareng Ayah atau tidak?
Rosyid : Tidak, Yah. Terima kasih. Hari ini Rosyid ingin mencari barang bekas sendiri. Bolehkan, Yah?
Ayah : Boleh. Tapi jangan terlalu jauh ya, Syid!
Rosyid : Tenang aja, Yah!
Ayah : (mengusap kepala Rosyid sambil tersenyum) Iya sudah cepat berangkat. Nanti kesiangan!
Rosyid : Siiip, Yah! Assalamu’alaikum wr. Wb
Ayah dan Ibu : Wa’alaikumsalam wr. wb
Rosyid segera berangkat dengan hati gembira. Hari ini Rosyid akan mencari barang bekas tetapi tidak tahu akan mencari dimana. Ia hanya berjalan mengikuti jalan berharap mendapatkan barang bekas yang banyak hari ini.
Rosyid : Bismillahirrahmanirrahim. Semoga hari ini aku beruntung. (bicara dengan suara lemah dan kemantapan hati yang besar). Hari ini aku mencari barang bekas dimana ya? (bingung sambil mengamati sekelilingnya) Lebih baik aku mulai dari kompleks perumahan ini. Sepertinya aku akan mendapatkan barang bekas yang lumayan banyak di tempat ini. Okelah! (berjalan menuju kompleks perumahan tersebut sambil menyanyi)
Tiba-tiba Gaga , teman memulungnya Rosyid datang menghampiri.
Rosyid : Pernahkah kau merasa hatimu hampa
Gaga : Hai, Rosyid! Ceria benar hari ini. Ada apa nih? (menyenggol Rosyid)
Rosyid : Eh, Gaga. Sudah lama disini?
Gaga : Tidak, baru saja. Kenapa kamu?
Rosyid : Tidak ada apa-apa. Emangnya ada apa dengan aku?
Gaga : Aneh saja. Tidak biasanya kamu ceria seperti ini.
Rosyid : Ooo… Kita kan harus mengawali hari yang cerah ini dengan wajah ceria. Betul tidak? Hahahaha….
Gaga : Aku kira kamu dibelikan handphone atau apalah sama orang tua kamu yang bisa membuat kamu ceria begini. Eh, ternyata…
Rosyid : Emangnya apa aku bisa dapat barang yang semahal itu? Bisa makan saja aku sudah bersykur, Ga.
Gaga : Sudah-sudah. Kok malah curhat? Hahahaha….
Rosyid : (tersenyum sambil mlanjutkan mencari barang bekas)
Gaga : Kamu hari ini akan mencari barang bekas di mana?
Rosyid : Aku akan mencari barang bekas di kompleks perumahan ini. Kamu sendiri?
Gaga : Syid, jangan mencari di sini. Sepertinya barang bekas di sini sedikit.
Rosyid : Kita kan belum mencoba. Mungkin saja hari ini kita beruntung. Mau ikut aku atau tidak?
Gaga : Okelah. (sambil melamun)
Rosyid : Ayo kita mencari barang bekas! Kok malah melamun?
Gaga : Hehehe…
Rosyid : Kamu mencari di sebelah situ (sambil menunjuk) dan aku mencari di sebelah sini (sambil menunjuk! Ok?
Gaga : Okelah kalau begitu!
Tidak terasa mereka sudah berjalan cukup jauh dari kompleks perumahan itu. Dan mereka beristirahat sebentar di bawah pohon yang rindang.
Gaga : Rupanya kita sudah terlalu jauh berjalan.
Rosyid : Ah, baru begini saja kamu sudah lelah.
Gaga : Soalnya aku tidak pernah mencari barang bekas sejauh ini.
Rosyid : Oleh karena itu, inilah saatnya kamu mencoba hal yang baru.
Gaga : Bisa saja kamu! Tapi kita istirahat sebentar di sini, ya?
Rosyid : Baiklah.
Gaga : (mengambil botol minuman yang berada di dalam karungnya)
Rosyid : Kamu bawa minum hari ini?
Gaga : Iya. Kamu?
Rosyid : Kebetulan hari ini aku lupa membawa minum.
Gaga : (minum sedikit) Ini, Syid! (memberikan botol minumnya ke Rosyid)
Rosyid : Benar tidak apa-apa? (menatap ke arah Gaga)
Gaga : Tidak apa-apa. Cepat minum! Agar kita bisa melanjutkan perjalanan kita.
Rosyid : Waduh, bahasa kamu pakai kata perjalanan lagi. Hahahahahaha…. (kemudian minum)
Gaga : Hahahahahaha…. Ayo kita lanjutkan!
Mereka melanjutkan mencari barang bekas dari rumah ke rumah. Hingga di suatu tempat sampah, di depan rumah yang sangat mewah. Tidak sengaja Rosyid menemukan sebuah kardus yang terbungkus kain.
Rosyid : (menemukan sebuah kardus terbungkus kain dan mengangkatnya) Apa ini? (dengan suara lemah dan kebingungan)
Gaga : Apa itu, Syid? (menuju ke arah Rosyid)
Rosyid : Aku juga tidak tahu. (melihat kardus itu dengan rasa penasaran) Sepertinya berat.
Gaga : Ayo cepat buka!
Rosyid : Baiklah! (membuka kardus itu)
Gaga : Apa? Apa isinya?
Rosyid : Subhanallah… Buku, Ga! Buku, Ga!
Gaga : Alah, buku. Aku kira apa.
Rosyid : Alhamdulillah.
Gaga : Mau kamu apakan buku itu?
Rosyid : Aku akan bawa pulang.
Gaga : Untuk apa?
Rosyid : Pastinya akan aku baca dan palajari.
Gaga : Buat apa kamu membaca buku yang tidak penting itu? Orang seperti kita ini tidak pantas belajar. Kita pantasnya hanya bekerja, bekerja, dan bekerja.
Rosyid : Emangnya kenapa kita tidak pantas belajar? Kita kan juga berhak mendapatkan pendidikan. Pendidikan itu untuk semua orang, Ga. Tidak hanya orang kaya yang bisa belajar. Kita harus membuktikan bahwa orang miskin juga bisa maju.
Gaga : Terserahlah. Lebih baik aku istirahat daripada membaca buku seperti itu.
Rosyid tak menghiraukan perkataan Gaga. Tak terasa hari pun sudah sore.
Gaga : Syid, pulang yok! Kan sudah sore.
Rosyid : Iya ayo! Kita juga sudah mendapatkan barang bekas lumayan banyak.
Gaga : Ok! Ayo cepat!
Sepuluh menit kemudian…
Rosyid : Ga, kita berpisah disini ya! Rumah kamu kan ke sana.
Gaga : Ok coy! Sampai jumpa besok ya!
Rosyid : Ya.
Mereka pun pulang ke rumah masing-masing. Rosyid pulang dengan hati yang sangat gembira. Karena rasa rindunya ingin kembali bersekolah dapat sedikit terobati dengan membaca buku yang didapatkannya tadi saat memulung.
Rosyid : Lalalalalalala….
Ibu : Sudah pulang kamu, Nak?
Rosyid : Iya, Bu.
Ibu : Kenapa kamu kok kelihatannya senang begitu? Tidak seperti biasanya.
Rosyid : Rosyid tadi menemukan buku bekas yang masih bisa dibaca, Bu. Kebetulan itu juga mata pelajaran yang Rosyid Suka.
Ibu : Emangnya kamu dapat buku apa?
Rosyid : Bahasa Inggris, Bu!
Ibu : Oh, ya sudah! Belajar yang rajin ya, Nak!
Rosyid : Baik, Bu! (segera berlari ke dalam rumah dengan hati senang setelah meletakkan karung berisikan barang bekas)
Ibu : Syid?
Rosyid : Iya, Bu!
Ibu : Sudah makan apa belum kamu?
Rosyid : Belum.
Ibu : Setelah mandi, kamu makan. Ibu sudah memasakkan makanan unuk kamu.
Rosyid : (tidak menjawab dan hanya tersenyum)
Tanpa sadar ternyata Ibu Rosyid sudah mengetahui bahwa anaknya ingin kembali bersekolah lagi. Ibu Rosyid hanya bisa memberi semangat kepada Rosyid agar bisa tetap belajar walaupun tidak bersekolah. Karena hanya itu yang bisa Ibu Rosyid berikan sekarang. Ibu Rosyid menghampiri suaminya yang sedang duduk-duduk di depan rumah. Dan menyampaikan bahwa Rosyid ingin kembali bersekolah.
Ibu : Yah? (dengan ekspresi sedih)
Ayah : Ada apa, Bu?
Ibu : Sepertinya anak kita ingin kembali bersekolah, Pak. Bagaimana ini? Ibu tidak tega melihat Rosyid.
Ayah : Ayah, juga merasa begitu, Bu. Kemarin, waktu Ayah pulang dari memulung, Rosyid kelihatannya sedih. Tapi Rosyid tidak ingin menceritakannya kepada Ayah.
Ibu : Terus bagaimana, Yah?
Ayah : Ayah mempunyai rencana bagaimana kalau kita menyisihkan sedikit demi sedikit hasil dari memulung?
Ibu : Baiklah, Yah.
Sementara itu, Rosyid sedang mandi.
Rosyid : Apapun yang terjadi, ku kan selalau ada untukmu. Wow wow… Janganlah kau bersedih! Cause everything gonna be ok
Ibu ; Ayo, Syid. Cepat! Jangan menyanyi saja. Nanti kamu sakit lho!
Rosyid : Hehehe… Baik, Bu.
Setelah mandi, Rosyid makan dan segera membaca buku yang didapatkanny tadi.
Rosyid : Chapter 1, offering help. (dan terus mempelajarinya)
Ibu : Sudah, kamu harus tidur sekarang. Sekarang kan sudah malam.
Rosyid : Nanti saja, Bu. Tanggung. Tinggal sedikit lagi selesai.
Ibu : Ya sudah. Kalau sudah selesai, cepat tidur ya!
Rosyid : Beress, Bos!
Waktu pun sudah menunjukkan pukul 11 malam. Mata Rosyid sudah tidak tahan menahan rasa ngantuk. Rosyid segera beranjak ke tempat tidur.
Kegiatan Rosyid dan keluarganya terus berlangsung seperti itu. Dan tekad kedua orang tua Rosyid untuk menyekolahkan Rosyid lagi tetap berlanjut hingga berhun-tahun. Hari demi hari mereka lalui dengan susah payah. Hingga pada akhirnya tabungan mereka sudah mencapai 10 juta. Dan mereka berencana segera menyekolahkan Rosyid lagi. Berita itupun disampaikan kepada Rosyid, putra sulung mereka.
Ibu : Syid, ke sini sebentar, Nak!
Rosyid : Iya, Bu! Ada apa?
Ayah : Ayah dan Ibu mempunyai kabar baik untukmu.
Rosyid : Apa itu, Yah? (gembira)
Ayah : Apa kamu masih ingin kembali bersekolah?
Rosyid : (terdiam)
Ibu : Lho, kok tidak dijawab pertanyaan ayahmu?
Rosyid : Sebenarnya Rosyid ingin kembali bersekolah untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Agar hidup kita lebih baik, Bu. Tapi…
Ayah : Ayah dan Ibumu bertahun-tahun sudah mengumpulkan uang agar kamu bisa kembali bersekolah.
Rosyid : Apakah benar itu, Bu?
Ibu : Iya. (sambil tersenyum)
Rosyid : Alhamdulillah. (terharu dan sujud syukur)
Ayah : Kamu ingin melanjutkan sekolah di SMP atau SMA?
Rosyid : Yah, Bu apakah boleh Rosyid masuk pondok pesantren saja?
Ibu : Apa tidak sebaiknya kamu masuk SMA saja, Syid?
Rosyid : Sebenarnya Rosyid ingin,tapi umur Rosyid sudah tidak pantas untuk masuk SMA, Bu.
Ibu : Ya sudah kalau kamu inginnya begitu.
Ayah : Apa kamu sudah mempunyai rencana ingin masuk pondok pesantren mana?
Rosyid : Rosyid ingin masuk Pondok Pesantren Baiturrahmah di desa sebelah, Yah.
Ibu : Bagaimana, Yah?
Ayah : Apa boleh buat, Bu. Besok kita langsung mendaftar ke sana ya, Syid?
Rosyid : Iya, Yah.
Keesokan harinya, Rosyid dan kedua orang tuanya mendaftar ke Pondok Pesantren Baiturrahmah seperti keinginan Rosyid. Keinginan Rosyid tidak berjalan semulus yang diharapkan. Banyak halangan yang merintang. Awalnya teman-teman Rosyid tidak mau menerima Rosyid begitu saja. Mereka menganggap bahwa anak pemulung tidak pantas mendapatkan pendidikan yang layak. Tetapi pada akhirnya mereka menerima Rsyid dengan tangan terbuka.
Lima tahun kemudian Rosyid lulus karena sudah dianggap mampu dilepas di masyarakat. Akhirnya kehidupan keluarga Rosyid perlahan-lahan menjadi lebih baik.

Tentang taoefiq27

I'm only usual man
Pos ini dipublikasikan di Drama dan tag . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar